【留学フェア特集2012】 Program Sarjana Sudah Termasuk Bahasa Jepang

 Biodata
 Universitas Negeri
 Joshia Setiawan (19)
 Universitas Shizuoka, Kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka, Program S1 Teknik Elektronika

Selama ini, sebagian besar warga Indonesia menganggap belajar atau melanjutkan pendidikan di Jepang merupakan hal yang sulit. Tidak hanya dari segi biaya, tapi juga kendala bahasa yang digunakan dalam kegiatan belajar. Namun, pada kenyataannya, tidak semua anggapan tersebut benar. Banyak dari mahasiswa Indonesia tetap dapat kuliah di Jepang, dengan kemampuan bahasa Jepang seadanya, dan biaya yang tidak terlalu mahal. Berikut sejumlah pengalaman teman-teman yang saat ini sedang menimba ilmu di negeri sakura.

Dapat pergi ke Jepang merupakan impian saya sejak dulu. Saya kerap kali mengagumi pesona negeri sakura itu melalui manga dan anime. Semakin lama, rasa kagum terhadap Jepang pun berubah menjadi keinginan untuk melanjutkan pendidikan kesana.

Keinginan untuk melanjutkan sekolah ke Jepang pun telah terlintas sejak di kelas 1 SMA setelah menghadiri Pameran Pendidikan Jepang tahun 2008.

Akhirnya keberuntungan berpihak kepada saya, saat profesor perwakilan dari Universitas Shizuoka berkunjung ke SMA saya dan memperkenalkan program NIFEE (National InterFacing Engineers Education Program), yang tidak mengharuskan calon mahasiswanya untuk memiliki kemampuan bahasa Jepang tingkat N2 di Ujian Kemampuan Bahasa Jepang.

Karena niat yang sudah bulat dan mendapatkan restu dari orangtua, saya mulai melakukan berbagai macam proses pendaftaran, tidak hanya ke Universitas Shizuoka, tapi juga ke sejumlah universitas Jepang lainnya.

Kerja keras saya pun membuahkan hasil. Saya berhasil mendapatkan beasiswa 100 persen dari Universitas Shizuoka dalam program NIFEE.

NIFEE merupakan program pendidikan sarjana khusus untuk Fakultas Teknik. Pada semester pertama, para mahasiswa program NIFEE akan mendapatkan pelajaran dasar, seperti Matematika, Fisika, dan Kimia, yang diajarkan dalam bahasa Inggris, ditambah dengan pelajaran bahasa Jepang.

Pada umumnya, tahun ajaran di Jepang dimulai bulan April, namun khusus untuk program NIFEE, tahun ajaran dimulai pada bulan Oktober, satu semester lebih maju. Dengan kata lain, semester 2 pada program NIFEE sama seperti semester 1 pada mahasiswa umum.

Kesulitan yang dialami pada semester awal, terletak pada mata kuliah bahasa Jepang. Tidak ada ujian semester pada mata kuliah dasar seperti Matematika, Fisika, dan Kimia, namun sebaliknya, khusus untuk mata kuliah bahasa Jepang terdapat ujian semester, dan setiap mahasiswa diwajibkan lulus. Bayangkan saja, ada 10 mata kuliah bahasa Jepang, yang berbeda dalam program NIFEE, satu saja tidak lulus, maka mahasiswa tidak dapat lanjut ke semester selanjutnya.

Syukurlah saya dapat melewati tahap yang menyulitkan tersebut, dan bersiap memasuki semester 5 pada Oktober tahun ini.

Hal yang biasa dikhawatirkan saat kuliah di Jepang selain kendala bahasa, adalah biaya hidup. Namun, para mahasiswa NIFEE pada tahun pertama, termasuk saya dulu, mendapatkan jaminan tempat tinggal di asrama kampus, dengan biaya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan tinggal di apartemen.

Setelah memasuki tahun kedua, para mahasiswa dapat meminta perpanjangan waktu tinggal di asrama atau jika memiliki nilai yang cukup bagus, mereka akan mendapatkan tawaran apartemen dari universitas yang lagi-lagi dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

Kerja Paruh Waktu untuk Tambahan

Untuk menambah uang jajan, banyak mahasiswa asing di Jepang bekerja paruh waktu. Tidak hanya menambah uang simpanan, kerja paruh waktu juga dapat membantu para mahasiswa asing untuk beradaptasi di lingkungan baru dan meningkatkan kemampuan bahasa Jepang mereka.

Joshia mengaku sejak Mei silam mulai bekerja paruh waktu di restoran cepat saji Matsuya. Dirinya bahkan mengambil jam malam di saat liburan, karena upah yang diberikan lebih besar 20-25 persen dari upah biasanya. Uang yang diperoleh dari kerja paruh waktu tersebut dapat digunakan untuk membeli kebutuhan tambahan, ditabung, atau jalan-jalan.

Sementara Lendi, yang saat ini bekerja paruh waktu di restoran masakan Jepang, mengaku telah beberapa kali beganti kerja, mulai dari hotel hingga ke restoran Thailand. Bahkan Lendi juga men- yatakan seringkali ditolak dalam wawancara kerja.

Berbeda dengan Joshia, Lendi mengambil jam kerja pada umumnya, mulai pukul 5 sore hingga 10 malam, dan tidak pernah mengganggu jam kuliahnya.

特別企画 の最新記事

関連記事

本日の紙面

JJC

人気連載

天皇皇后両陛下インドネシアご訪問NEW

ぶらり  インドネシアNEW

有料版PDFNEW

「探訪」

トップ インタビュー

モナスにそよぐ風

今日は心の日曜日

インドネシア人記者の目

HALO-HALOフィリピン

別刷り特集

忘れ得ぬ人々

スナン・スナン

お知らせ

JJC理事会

修郎先生の事件簿

これで納得税務相談

不思議インドネシア

おすすめ観光情報

為替経済Weekly